Ada beberapa orang yang mungkin merasakan dorongan untuk menarik diri saat hubungan mulai terasa semakin dekat dan serius. Hal ini bisa terjadi bukan karena kurangnya rasa sayang, tetapi lebih karena dorongan emosional dalam menjaga jarak. Fenomena ini seringkali muncul tiba-tiba, saat hubungan seharusnya melangkah ke tahap yang lebih dalam. Namun, apa sebenarnya yang mendorong seseorang untuk melakukan hal ini? Salah satu penjelasannya adalah avoidant attachment atau pola keterikatan menghindar.
Avoidant attachment merupakan gaya keterikatan yang biasanya mulai berkembang sejak masa kanak-kanak, terutama pada anak-anak yang tidak mendapatkan respons emosional yang sensitif dari orang tua atau pengasuhnya. Anak-anak dengan avoidant attachment cenderung tumbuh menjadi individu yang sangat mandiri, baik secara fisik maupun emosional. Mereka belajar bahwa mengekspresikan kebutuhan emosional mungkin tidak akan mendapatkan respons yang diharapkan, sehingga mereka mulai menahan diri untuk tidak terlalu mengandalkan orang lain.
Ciri-ciri dari avoidant attachment saat dewasa biasanya terlihat dalam hubungan, antara lain menghindari kedekatan emosional, merasa pasangan terlalu clingy saat berusaha mendekatkan secara emosional, serta lebih memilih untuk menyelesaikan masalah sendiri daripada berbagi. Penelitian juga menunjukkan bahwa avoidant attachment bisa berdampak pada kualitas hubungan di usia lanjut.
Avoidant attachment biasanya berkembang ketika anak sering mengalami penolakan atau pengabaian emosional dari orang tua atau pengasuh. Anak-anak ini belajar bahwa meminta kenyamanan atau mengekspresikan emosi tidak akan membawa respons yang mereka butuhkan, sehingga mereka merasa harus belajar untuk mengandalkan diri sendiri. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan avoidant attachment antara lain kurangnya pemahaman kebutuhan emosional anak oleh orang tua, kurangnya empati dari pengasuh, serta orang tua yang memiliki gaya keterikatan yang menghindar.
Dalam studi di Hong Kong, pria lansia dengan gaya keterikatan avoidant ini diketahui mengalami efek negatif yang lebih besar terhadap kesejahteraan mereka dibandingkan wanita. Jadi, penting untuk memahami faktor-faktor yang mendasari avoidant attachment agar dapat mengatasi dampaknya dalam hubungan baik di masa muda maupun di usia lanjut.