Kementerian Agama (Kemenag) memiliki target yang ambisius untuk mendorong 25 persen jemaah haji asal Indonesia untuk mengikuti skema murur pada tahun 2025. Skema ini menjadi sorotan karena dianggap dapat meningkatkan efisiensi pergerakan jemaah saat prosesi haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama, Dr. H. Muchlis Muhammad Hanafi, menjelaskan bahwa skema murur memungkinkan jemaah untuk bergerak langsung dari Arafah ke Mina tanpa bermalam di Muzdalifah. Hal ini dianggap sebagai solusi yang aman dan nyaman terutama bagi jemaah lansia dan berkebutuhan khusus serta dapat mengurai kemacetan. Target implementasi skema ini adalah 25 persen dari total jemaah Indonesia.
Skema murur telah diuji coba dalam musim haji sebelumnya dan mendapat tanggapan positif dari jemaah. Selain mengurangi kepadatan di Muzdalifah, sistem ini juga dapat mempercepat pemindahan jemaah ke Mina sehingga risiko kelelahan dan insiden kesehatan dapat diminimalkan. Kemenag juga telah melakukan sosialisasi intensif kepada calon jemaah dan petugas haji terkait penerapan skema murur. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag, Hilman Latief, mengungkapkan bahwa skema murur akan kembali diterapkan tahun ini dan bahkan akan diperluas.
Skema murur, yang merupakan skema melintas di Muzdalifah, khususnya ditujukan bagi jemaah lanjut usia dan disabilitas. Diharapkan bahwa skema ini akan membawa manfaat yang besar bagi jemaah haji Indonesia dan meningkatkan efisiensi pelaksanaan ibadah haji. Dengan terus berupaya untuk mengimplementasikan perbaikan dan inovasi, Kemenag terus memperjuangkan kenyamanan dan keselamatan jemaah dalam menjalani ibadah haji. (wol/ari/d1)