Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengangkat isu krisis kepemimpinan global dan pentingnya penguatan multilateralisme dalam forum Tokyo Conference 2025 di Tokyo, Jepang. Dalam pidatonya, SBY menekankan perlunya kerja sama internasional untuk mengatasi konflik global, perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Masih banyak konflik yang terjadi di berbagai negara, seperti di Ukraina, Gaza, Kongo, Sudan, dan Myanmar, membuktikan bahwa dunia masih jauh dari mencapai perdamaian yang diharapkan sejak berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1945.
SBY juga menyoroti mundurnya beberapa negara besar dari komitmen multilateral, seperti Amerika Serikat yang menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), serta menyampaikan pandangannya bahwa hal ini tidak memperbaiki keadaan. Untuk memperkuat multilateralisme, SBY mengusulkan beberapa langkah, seperti reformasi Dewan Keamanan PBB, meningkatkan operasi perdamaian, dan menjamin pendanaan yang stabil bagi PBB agar tidak mudah dipolitisasi.
Selain itu, SBY menekankan pentingnya kepemimpinan kolektif dalam menghadapi isu global, karena tidak ada satu negara pun yang mampu menyelesaikan tantangan global sendirian. Dia juga menegaskan bahwa kerja sama, kemitraan, dan kolaborasi antarnegara menjadi kunci untuk mencegah bencana iklim, perang dunia, dan mengurangi penderitaan manusia. Tokyo Conference 2025 diadakan oleh Genron NPO, sebuah lembaga pemikir independen nirlaba di Jepang, dengan tujuan menyoroti kerja sama internasional dan pemulihan perdamaian untuk memperingati 80 tahun berdirinya PBB. Melalui forum ini, diingatkan kembali pentingnya demokrasi, kepemimpinan visioner, dan kerja sama internasional untuk menjaga perdamaian dan kemakmuran bersama di tengah ketidakpastian global.