Operator Seluler Indonesia Waspada Terhadap Ancaman Kehadiran Starlink

by -234 Views

MEDAN, Waspada.co.id – Masuknya Starlink ke Indonesia tidak bisa diabaikan sebagai ancaman bagi operator seluler di Indonesia, terutama karena pemerintah telah membuka peluang dengan sangat positif.

Hal tersebut disampaikan oleh Chief Corporate Affairs XL Axiata, Marwan O Baasir, saat berkunjung ke Gedung Bumi Warta Waspada pada Kamis (20/6). Marwan didampingi oleh Group Head XL Axiata West Region Desy Sari Dewi, Head External Comm XL Axiata Henry Wijayanto, dan Corporate Communication XL Axiata West Region Aldy Desmet.

Kedatangan tim XL disambut oleh Wakil Pemimpin Redaksi Waspada Online Austin Tumengkol, Redaktur Ekonomi Hr Waspada Sulaiman Hamzah, Redaktur Nasional T Junaidi, dan Humas Dr H Erwan Effendi.

Marwan menyatakan bahwa kehadiran Starlink saat ini sedang ramai diperbincangkan di masyarakat Indonesia karena banyak yang penasaran dengan teknologi yang ditawarkan oleh Starlink. Apalagi, produk terbaru mereka hadir dengan ukuran yang lebih kecil dan simpel.

“Kami melihat bahwa ancaman ini tidak bisa dihindari dan nyata,” ujar Marwan dengan serius.

Dijelaskannya, teknologi Starlink yang menggunakan satelit memiliki kemampuan untuk bergerak ke mana saja, sehingga diharapkan adanya peraturan yang sama untuk diterapkan pada para operator termasuk tata niaganya. Dengan demikian, struktur tata niaga dapat diatur. Di Amerika Serikat, penggunaan Starlink dilarang di kota-kota besar.

Di Amerika Serikat, Starlink hanya boleh digunakan di daerah-daerah pinggiran, sedangkan India dan China sudah menutup pintunya. Saat ini, yang sedang membuka peluang adalah Sri Lanka dan Bangladesh.

Bagi operator Indonesia, ancaman ini pasti dirasakan secara nyata, karena pemiliknya bukanlah sembarang orang, apalagi Indonesia merupakan pasar yang sangat besar. Marwan menekankan bahwa kebutuhan internet saat ini telah menjadi prioritas ketiga setelah pangan dan sandang, bukan lagi kebutuhan mewah.

“Saat ini jika seseorang tidak memiliki akses internet, mereka akan merasa kekurangan, tidak bisa menggunakan WhatsApp, bermain game, Instagram, atau bahkan TikTok,” tambahnya.

Selain itu, pemerintah memang boleh membuka pasar, karena manfaatnya sama dengan internet. Namun, investasi operator dalam negeri juga perlu diproteksi, agar pemerintah tidak hanya tergiur membuka pasar namun melupakan operator nasional. Marwan menambahkan bahwa penggunaan smartphone di Indonesia saat ini sudah mencapai lebih dari 90 persen.

“Kami berharap agar masyarakat yang belum menggunakan smartphone dapat beralih dengan menutup kanal 2G atau 3G, namun di sisi lain mereka juga dapat membeli smartphone dengan harga terjangkau melalui subsidi. Itulah harapan kami sebagai operator,” ujarnya.

XL sendiri saat ini memiliki 58 juta pelanggan, didukung oleh 160 ribu BTS, dan tetap berkomitmen untuk menjadikan konektivitas sebagai kunci dalam mencapai target Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2030. XL Axiata menjadi garda terdepan dan terpercaya dalam menyediakan infrastruktur teknologi informasi, membangun konektivitas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga lingkungan.

“Komitmen XL Axiata untuk negara ini tercermin dalam motto ‘Mengembangkan Indonesia melalui Demokratisasi Teknologi’. Peran kami tidak hanya dalam pengembangan ekonomi, tetapi juga kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan melalui berbagai program digital terkait,” tutup Marwan. (wol/aa/d2)

Editor: AUSTIN TUMENGKOL