Kedudukan Intelijen di Indonesia Antara TNI dan Polri Masih Kabur

by -118 Views

Intelijen di Indonesia antara TNI dan Polri Masih Dalam Kegelapan

Bandung, IDN Times – Direktur Riset ISI (Indo-Pacific Strategic Intelligence) Aishah Rasyidilla Kusumasomantri, menjelaskan bahwa kepentingan Intelijen di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan besar.

Menurutnya, lembaga intelijen di Indonesia seperti BIN, BAIS, dan Baintelkam Polri sering menghadapi berbagai masalah terkait tugas dan peran mereka masing-masing.

Pendapat tersebut disampaikan dalam seminar dengan tema Aturan Tambahan dalam Spionase: Jejaring atau Kuasa, Sebuah Diskursus, yang diselenggarakan pada Selasa (11/6/2024). Acara tersebut diselenggarakan oleh Center for Security and Foreign Affairs Universitas Kristen Indonesia (CESFAS UKI) bekerjasama dengan Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI).

Laporan perangkat sadap Amnesty International menyoroti meningkatnya pengawasan digital yang dapat mengancam kebebasan berpendapat dan privasi. Untuk melindungi data pribadi kita, sangat penting untuk menggunakan kata sandi yang kuat, mengaktifkan autentikasi dua faktor, dan berhati-hati dalam berbagi informasi sensitif secara online.

1. Intelijen dibagi ke dalam beberapa kategori

Aishah menjelaskan fungsi utama intelijen dalam memberikan informasi kepada pembuat kebijakan, jenis-jenis intelijen, dan pentingnya etika dalam kegiatan intelijen.

Ia menjelaskan bahwa intelijen sangat dibutuhkan untuk mengumpulkan, menyaring, dan menyimpulkan informasi yang nantinya digunakan oleh pemerintah untuk membuat kebijakan yang efektif.

“Intelijen dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, seperti Human Intelligence (HUMINT), Technical Intelligence (SIGINT, GEOINT), dan Open Source Intelligence (OSINT),” kata Aishah, dalam keterangan pers yang diterima IDN Times, Selasa (11/6/2024).

2. Tantangan Intelijen: penentuan peran dan tugas yang jelas

Menurut Aishah, intelijen akan selalu berada dalam situasi yang gelap antara etika dan kepentingan, yang seringkali menciptakan dilema bagi negara demokratis yang lebih peduli terhadap ancaman eksternal daripada negara otoriter yang lebih khawatir akan ancaman internal.

Aishah menambahkan, “intelijen di Indonesia masih menghadapi masalah dalam menentukan peran dan tugas yang jelas, terutama dengan tumpang tindih antara TNI dan Polri dalam ranah intelijen sipil,” katanya.

3. Penyadapan tetap penting dilakukan oleh Intelijen

Pada acara yang sama, Mayor Jenderal TNI (Purn.) Tubagus Hasanuddin, anggota Komisi 1 DPR RI, berbicara tentang pengalaman dan pandangannya mengenai intelijen. Ia menekankan pentingnya penerapan teknologi dalam urusan intelijen.

“Di masa lampau, operasi intelijen dilakukan dengan keterbatasan sumber daya dan teknologi yang kurang memadai, sehingga seringkali situasinya disebut sebagai senyap dan berbahaya,” ujar Tubagus Hasanudin.

Menurutnya, aktivitas penyadapan yang dilakukan oleh intelijen, tetap penting untuk mengungkap tindakan kriminal yang dapat merugikan banyak orang. Namun, katanya, penyadapan harus tetap mempertimbangkan kepentingan negara dan prinsip-prinsip intelijen.

Sumber: https://jabar.idntimes.com/news/indonesia/galih/antara-tni-dan-polri-intelijen-di-indonesia-masih-abu-abu?page=all

Source link