Oleh Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto]
“Ada contoh hebat tentang kenegarawanan di halaman-halaman sejarah Amerika yang telah banyak mempengaruhi hidup saya. Contoh ini tidak lain berasal dari kisah Hidup Abraham Lincoln. Salah satu lawannya yang paling terkenal adalah Willem Henry Seward. Faktanya, Seward terkenal membenci Abraham Lincoln.
Tetapi ketika Lincoln memenangkan pemilihan, dia mengundang Seward untuk bergabung dengan kabinetnya sebagai sekretaris negara. Mengubur kapak demi kebaikan negara adalah tanda kepemimpinan yang hebat.
Kesopanan Lincoln mempengaruhi keputusan saya untuk berdamai dengan Presiden Joko Widodo di akhir tahun 2019. Saya yakin dia mencintai Indonesia. Saya juga cinta Indonesia. Karena kita sama-sama cinta Indonesia, kita bisa mengabdi bersama. Tidak peduli siapa yang nomor satu, siapa yang membantu. Kami berdua melayani Indonesia.”
Ada contoh hebat tentang kenegarawanan di halaman-halaman sejarah Amerika yang telah banyak mempengaruhi hidup saya. Dan contoh ini tidak lain datang dari Abraham Lincoln.
Abraham Lincoln lahir di Kentucky pada tahun 1809. Dia adalah Presiden Amerika Serikat ke-16. Lincoln dikenal dan dikenang sebagai pemimpin yang memimpin bangsanya keluar dari Perang Saudara Amerika. Selain itu, ia berhasil menyatukan bangsa yang terpecah-pecah. Dia juga memiliki peran utama dalam menghapus perbudakan.
Bagi saya, cerita Lincoln yang paling menarik adalah ketika dia mengundang lawan-lawannya ke dalam kabinetnya. Salah satu lawannya yang paling terkenal adalah Willem Henry Seward. Faktanya, Seward terkenal membenci Abraham Lincoln.
Jadi suatu hari, Abraham Lincoln meminta untuk bertemu Seward di kantornya. Sekretaris yang terakhir mengatakan kepadanya, ‘Seseorang dengan nama Abraham Lincoln ingin bertemu dengan Anda’. Seward kemudian berkata, ‘Suruh monyet itu pergi.’ Lincoln mendengarnya.
Namun dalam Pemilihan Umum Amerika, Lincoln menang. Dia mengundang Seward untuk bergabung dengan kabinetnya. Di Amerika Serikat, setelah wakil presiden, salah satu posisi terpenting adalah sekretaris negara. Untuk ini Seward berkata, ‘Mengapa Anda mengundang saya ke kabinet Anda? Kau tahu aku tidak menyukaimu. Kami telah menjadi lawan selama beberapa dekade.’
Abraham Lincoln menjawab, ‘Ya, saya tahu Anda tidak menyukai saya, dan saya juga tidak menyukai Anda. Tapi saya tahu Anda mencintai Amerika Serikat, dan saya juga mencintai Amerika Serikat’.
“Karena kita berdua mencintai Amerika Serikat, mengapa kita tidak bisa bekerja sama? Saya meminta Anda masuk ke kabinet saya karena saya tahu Anda adalah lawan yang tangguh. Jadi jika saya salah, Anda bisa mengoreksi saya. kabinet terdiri dari orang-orang yang selalu mengatakan ya dan setuju, maka Amerika tidak akan mendapatkan keputusan terbaik.”
Ini adalah pelajaran besar dalam kenegarawanan. Mengapa AS menjadi negara adidaya sekarang? Karena sikap pemimpin seperti itu, ‘Anda tidak menyukai saya, saya tidak menyukai Anda, tetapi kami mencintai Amerika Serikat’.
Yang juga sangat saya kagumi dari Lincoln adalah karakternya. Misalnya, ia memancarkan kejujuran dalam semua urusannya. Dia selalu haus untuk belajar. Dia teguh dalam keyakinannya, dan dia selalu memperlakukan orang lain dengan sangat hormat. Bagi seorang pemimpin, karakter itu penting. Di Lincoln, kita melihat sifat-sifat karakter positif ini dibawa ke ekstrem.
Akhirnya, kita tidak boleh melupakan fakta bahwa Lincoln adalah presiden teladan di masa perang. Dia menetapkan standar tertinggi untuk kepemimpinan pada saat bangsanya sedang dicabik-cabik. Dialah yang menggalang negara, dialah yang menunjuk jenderal-jenderalnya yang tertinggi, dan dialah yang pada akhirnya menyetujui strategi-strategi yang mengarah pada kemenangan. Dialah yang menggunakan kecerdasan dan keterampilan pidatonya yang luar biasa untuk memotivasi orangorangnya menuju kemenangan akhir. Untuk semua alasan ini, Lincoln benar-benar pemimpin yang patut ditiru.
Sumber: https://prabowosubianto.com/abraham-lincoln/