Bangsa yang kuat, dan bangsa yang besar, adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya sendiri. Dengan buku ini saya mengajak saudara sekalian, terutama pemuda bangsa Indonesia, untuk belajar dan sadar akan sejarah bangsa Indonesia.
Sadar bahwa dalam sejarah Nusantara, pernah ada peradaban- peradaban yang besar. Pernah ada Sriwijaya, Mataram, Majapahit, dan sekian lagi kerajaan yang tangguh dan tersohor. Pernah ada pendekar-pendekar bangsa yang telah menunjukkan keberaniannya, ketangguhannya sepanjang sejarah. Rata-rata mereka adalah tokoh-tokoh yang berani, jujur, tanpa pamrih dalam membela keadilan dan kebenaran.
Bangsa kita memang punya banyak kelemahan. Namun, jangan sampai kita menjadi bangsa yang merasa kecil, merasa tidak mampu. Tidak ada bangsa yang tidak punya kelemahan. Kita harus menyadari kelemahan-kelemahan kita, keterbatasan- keterbatasan kita, dan berbuat yang terbaik dengan apa yang kita punya.
Ada banyak contoh di sejarah bangsa kita, di mana bangsa Indonesia kita kalah jumlah, kalah peralatan, kalah pengalaman terhadap lawan kita. Namun, karena sikap-sikap yang tepat, karena lapisan elite dan kepemimpinan yang bersih, jujur, cinta Tanah Air, cerdas, mau kerja keras, tidak akan mau tunduk kepada dominasi bangsa-bangsa asing, kita berhasil mengalahkan kemungkinan.
Namun, saya perhatikan, ketika saya keliling ke daerah-daerah, berinteraksi di Facebook dan Twitter, berbincang dengan pemuda, pengajar, profesional dari berbagai kalangan, banyak yang tidak mengetahui keberanian Kertanegara – raja Singhasari yang namanya diabadikan sebagai nama jalan tempat saya tinggal – dalam menghadapi keangkuhan kekaisaran Mongol yang dipimpin oleh Kubilai Khan.
Padahal ini sangat penting. Kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia harus tahu latar belakang kita. Sejarah kita ini adalah sejarah yang hebat. bangsa lain kagum sama sejarah kita. Saya punya seorang kawan dari Thailand. Ketika bercerita, referensi dia adalah selalu Majapahit, Singhasari, Sriwijaya. Orang Thailand pelajari sejarah kita. Mereka kagum sama sejarah kita. Namun, kita sendiri tidak kagum, kita sendiri tidak mengerti.
Anak-anak Indonesia sekarang banyak tidak tahu, bahwa dalam sejarah dunia hanya empat bangsa yang berhasil mengalahkan invasi dari Mongol. Hanya empat, yaitu Mamluk dari Mesir, Jepang, Vietnam, dan Singhasari. Kita dikagumi, kita dihormati. Majapahit dihormati, Sriwijaya dihormati. Perjuangan kemerdekaan kita Republik Indonesia dihormati.
Pada waktu itu, tahun 1289, Kubilai Khan memang punya alasan untuk besar rasa. Kekaisaran Mongol yang dimulai oleh Jenghis Khan adalah kekaisaran terbesar kedua di dunia. Ia menguasai wilayah yang sangat luas – gabungan dari yang sekarang adalah wilayah Turki di Barat, Tiongkok di Timur, dan Rusia di Utara. Jumlah tentaranya secara total berlipat kali lebih besar dari Kerajaan Singhasari, dengan pengalaman tempur yang juga berlipat kali lebih banyak.
Namun, semua itu tidak membuat Kertanegara gentar. Ia berani untuk menolak tunduk pada Kubilai Khan. Demikian juga penerusnya – setelah ia mengambil alih kekuasaan dari Kertanegara, Raden Wijaya memimpin perang melawan sekitar 30.000 prajurit Mongol. Lebih dari 2.000 tentara Jawa tewas pada pertempuran ini, tetapi akal dan kegigihan Raden Wijaya berhasil menghentikan ekspansi wilayah kekaisaran Mongol ke Selatan.
Ya, menurut catatan Dinasti Yuan, pada tahun 1293 pasukan Mongol yang berjumlah puluhan ribu orang dipimpin Ike Mese mendarat di Jawa untuk menghukum Kertanagara. Penyebabnya, pada tahun 1289 Kertanagara melukai utusan yang dikirim Kubilai Khan, Raja Mongol.
Selama pemerintahan Raden Wijaya, Majapahit menerapkan doktrin politik konsolidasi dalam negeri yang diwujudkan dalam bentuk menyejajarkan posisi Kadiri dan Majapahit.
Fakta tentang Raden Wijaya atau Nararya Sanggramawijaya yang menjadi pendiri dan raja pertama dari Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya dikenang sebagai tokoh yang berhasil mengalahkan Jayakatwang sekaligus mengusir Mongol dari Jawa.
Sumber: https://prabowosubianto.com/pejuang-nasional-raden-wijaya/